A.
Latar
Belakang
Tanaman mentimun (Cucumis
sativus L.) berasal dari bagian utara India kemudian masuk ke Cina pada
tahun 1882 De Condole memasukkan tanaman ini ke daftar tanaman asli India. Pada
akhirnya tanaman ini menyebar ke seluruh dunia terutama di daerah tropika.
Tanaman mentimun merupakan komoditas sayuran yang mulai memasuki pasaran
ekspor, sebagai sayuran dalam bentuk buah segar. Penyebaran dan produksi
mentimun di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat.
Tanaman mentimun dapat
diusahakan di dataran rendah sampai dataran tinggi. Namun di Indonesia
kebanyakan di tanam di dataran rendah. Berbagai jenis lahan sawah, tegalan, dan
lahan gambut dapat ditanami tanaman ini. Selain itu, mentimun juga dapat
ditanam sebagai tanaman sela diantara tanaman palawija atau sayuran lainnya. Jenis sayuran ini juga dapat
ditanam dengan pola tumpang sari ataupun tumpang gilir. Pada dasarnya tanaman
mentimun dapat tumbuh dan beradaptasi di hampir semua jenis tanah. Tanah
mineral yang bertekstur ringan sampai pada tanah yang bertekstur berat dan juga
pada tanah organik seperti gambut dapat diusahakan sebagai tempat budidaya
mentimun. Peningkatan produksi mentimun dapat dipacu dengan usaha
intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi harus dilakukan secara terpadu.
Pengembangan budidaya mentimun mempunyi penting dan sumbangan yang cukup besar
terhadap peningkatan taraf hidup petani, penyediaan bahan pangan bergizi, serta
perluasan kesempatan kerja dapat diandalkan sebagai satu komoditas ekspor non
migas dari sector pertanian.
Mentimun umumnya sangat
digemari oleh masyarakat dan dikonsumsi dalam bentuk lalapan, sari buah,
asinan, acar, dan lain-lain. Nilai gizi mentimun cukup baik karena sayuran buah
ini mengandung mineral dan vitamin. Kandungan nutrisi per 100 g mentimun
terdiri dari 15 kalori, 0,8 protein, o,1 pati, 3 g karbohidrat, 30 mg fosfor,
0,5 mg besi, 0,02 thianine, 0,01 riboflavin, natirum 5,00 mg, niacin 0.10 mg,
abu 0,40 mg, 14 mg asam, 0,45 IU vitamin A, 0,3 IU vitamin B1 dan
0,2 IU vitamin B2. Di samping itu, buah mentimun juga dapat
digunakan sebagai obat-obatan tradisional seperti untuk sakit tenggorokan dan
panas dalam, sebagai bahan industri terutama di bidang kosmetik untuk dijadikan
pencuci muka.
Produksi mentimun di
Indonesia masih sangat rendah yaitu 3,5 ton/ha sampai 4,8 ton/ha, padahal
produksi mentimun hibrida bisa mencapai 20 to ha. Budidaya tanaman mentimun
dalam skala produksi yang tinggi dan intensif belum banyak dilakukan, pada
umumnya tanaman mentimun ditanam sebagai tanaman selingan (Warintek, 2006).
Masalah utama yang
sering dihadapi dalam budidaya mentimun adalah karena tanaman mentimun lebih
dominan menghasilkan bunga jantan dibandingkan dengan bunga betina sehingga
produksinya tidak maksimal. Untuk mengatasi masalah tersebut maka perlu
dilakukan pemupukan yang berimbang, dan pemangkasan untuk merangsang
terbentuknya hormon terutama auxin dan giberilin yang dapat merangsang
terbentuknya bunga betina, serta penggunaan zat perangsang tumbuh sintetis yang
dapat merangsang pembentukan bunga betina lebih banyak.
Penggunaan pupuk NPK
juga dapat membantu pertumbuhan tanaman mentimun dimana N akan membantu
pertumbuhan vegetatif tanaman sedangkan unsur P akan membantu dalam pembentukan
buah (generatif) tanaman. Keseimbangan pemupukan akan memberikan keseimbangan
antara pertumbuhan vegetatif dan generatif.
Kandungan bahan organik
didalam tanah semakin lama semakin berkurang sehingga sangat dianjurkan penggunaan
pupuk organik. Bahan organik tanah meliputi semua lapisan tanaman dan sisa
hewan. Bahan organik secara umum
berfungsi untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Salah satu
bahan organik yang sering digunakan petani yaitu pupuk kandang. Penggunaan
pupuk kandang sangat penting terutama dalam memperbaiki struktur dan tekstur
tanah, aerase tanah, serta dapat meng-aktifkan mikroorganisme tanah.
Berdasarkan hal-hal
diatas, maka penulis melakukan praktikum dengan judul “Budidaya Tanaman Mentimun
(Cucumis sativus L.)”.
B.
TUJUAN
PRAKTIKUM
ü Untuk
mengetahui cara budidaya tanaman mentimun (Cucumis
sativus L.)
Mentimun berasal dari bagian utara India kemudian masuk
ke Cina pada tahun 1882 De Condole memasukkan tanaman ini kedalam daftar
tanaman asli India. Pada akhirnya tanaman ini menyebar keseluruh dunia
teruutama didaerah tropika (Sumpena, 2001).
Dalam 100 g mentimun terdiri dari 15 kalori, 0,8 protein,
o,1 pati, 3 g karbohidrat, 30 mg fosfor, 0,5 mg besi, 0,02 thianine, 0,01
riboflavin, natirum 5,00 mg, niacin 0.10 mg, abu 0,40 mg, 14 mg asam, 0,45 IU
vitamin A, 0,3 IU vitamin B1 dan 0,2 IU vitamin B2 (Sumpena
2001).
Dari kandungan mineral yang terdapat didalam buah
mentimun maka mentimun banyak di konsumsi ataupun dijadikan bahan baku
industri. Buah mentimun disajikan dalam bentuk olahan segar seperti acar,
asinan, kimchi, salad dan lalap. Mentimun dapat pula dikonsumsi sebagai minuman
segar, berupa jus mentimun yang diminum secara rutin setiap 2 hari sekali
berkhasiat untuk menghaluskan kulit, menjaga kerusakan kulit dari sengatan
sinar matahari, dan dapat pula menurunkan panas dalam. Bahkan mentimun yang
dikukus dan di simpan sehari semalam lalu dikonsumsi langsung akan berkhasiat
mengurangi sakit tenggorokan dan batuk. Mentimun dapat juga digunakan sebagai
bahan baku kosmetik untuk dijadikan cleansing cream (pencuci kulit muka)
(Sumpena 2001).
Botani
Tanaman
Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: plantae
;Divisio: Spermatophyta ;Subdivisio: Angiospermae ; Kelas: Dikotyledonae ;Ordo:
Cucurbitales ;Famili: Cucurbitales ;Genus: Cucumis ; Spesies: Cucumis sativus L. (Sharma, 2002).
Tanaman mentimun berakar tunggang, akar tunggangnya akan
tumbbuh lurus kedalam tanah sampai kedalaman 20 cm. Perakaran tanaman mentimun
dapat tumbuh dan berkembang pada tanah yang berstruktur remah (Cahyono, 2003).
Mentimun merupakan tanaman semusim (annual) yang bersifat
menjalar atau memanjat dengan perantaraan pemegang yang berbentuk pilin spiral.
Batangnya basah serta berbuku-buku. Panjang atau tinggi tanaman dapat mencapai
50-250 cm, bercabang dan bersulur yang tumbuh pada sisi tangkai daun (Rukmana,
1994).
Daun tanaman mentimun berbentuk bulat dengan ujung daun
runcing berganda dan bergerigi, berbulu sangat halus, memiliki tulang daun
menyirip dan bercabnng-cabang, kedudukan daun tegap. Mentimun berdaun tunggal,
bentuk, ukuran dan kedalaman lekuk daun mentimun sangat bervariasi (Cahyono,
2003).
Bunga mentimun merupakan bunga sempurna, berbentuk
terompet dan berukuran 2-3 cm, terdiri dari tangkai bunga dan benangsari.
Kelopak bunga berjumlah 5 buah, berwarna hijau dan berbentuk ramping terletak
dibagian bawah tangkai bunga. Mahkota bunga terdiri dari 5-6 buah, berwarna
kuning terang dan berbentuk bulat (Cahyono, 2003).
Buah mentimun muda berwarna antara hijau, hijau gelap,
hijau muda, dan hijau keputihan sampai putih tergantung kultivar, sementara
buah mentimun tua berwarna coklat, coklat tua bersisik, kuning tua. Diameter
buah mentimun antara 12-25 cm (Sumpena 2001).
Biji
timun berwarna putih, berbentuk bulat lonjong (oval) dan pipih. Biji mentimun
diselaputi oleh lendir dan saling melekat pada ruang-ruang tempat biji tersusun
dan jumlahnya sangat banyak. Biji-biji ini dapat digunakan untuk perbanyakan
dan pembiakan (Cahyono, 2003).
Syarat
Tumbuh
Iklim
Tanaman mentimun mempunyai daya adaptasi cukup luas
terhadap lingkungan tumbuhnya. Di Indonesia mentimun dapat di tanam di dataran
rendah dan dataran tinggi yaitu sampai ketinggian ± 100 m di atas permukaan
laut (Sumpena 2001).
Tanaman mentimun tumbuh dan berproduksi tinggi pada suhu
udara berkisar antara 20-320 C, dengan suhu optimal 270 C.
Di daerah tropik seperti di Indinesia keadaan suhu udara ditentukan oleh
ketinggian suatu tempat dari permukaan laut. Cahaya juga merupakan faktor
penting dalam pertumbuhan tanaman mentimun, karena penyerapan uunsur hara akan
berlangsung optimal jika pencahayaan berlangsung antara 8-12 jam/hari (Cahyono,
2003).
Kelembaban relatif udara (rh) yang
dikehendaki oleh tanaman mentimun untuk pertumbuhannya antara 50-85%, sedangkan
curah hujan optimal yang diinginkan 200-400 mm/bulan. Curah hujan yang terlalu
tinggi tidak baik untuk pertumbuhan tanaman mentimun, terlebih pada saat mulai
berbunga karena curah hujan yang tinggi akan banyak menggugurkan bunga (Sumpena
2001).
Tanah
Pada umumnya hamper semua jenis
tanah yang digunakan untuk lahan pertanian cocok untuk ditanami mentimun. Untuk
mendapatkan produksi yang tinggi dan kualitas yang baik, tanaman mentimun
membutuhkan tanah yang subur dan gembur, kaya akan bahan organik, tidak
tegenang, pH-nya 5-6. Namun masih toleran terhadap pH 5,5 batasan minimal dan
pH 7,5 batasan maksimal. Pada pH tanah kurang dari 5,5 akan terjadi gangguan
penyerapan hara oleh akar tanaman sehingga pertumbuhan tanaman terganggu,
sedangkan pada tanah yang terlalu basa tanaman akan terserang penyakit klorosis
(Rukmana, 1994).
Pupuk
Organik
Pupuk organik (pupuk
kandang) merupakan pembenah tanah yang paling baik dibandingkan pembenah tanah
yang lainnya. Kandungan unsur hara yang dikandung pupuk kandang umumya rendah
dan sangat bervariasi, misalnya unsure N, P dan K tetapi juga mengandung unsure
esensial lainnya (Sutanto, 2002).
A. Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di Kebun
Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau, Jalan Kaharuddin Nasution
No. 113, Km. 11 perhentian marpoyan, Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru. Praktikum
ini dilaksanakan selama 3 bulan dimulai dari bulan September 2011 sampai dengan
bulan Desember 2011.
B. Bahan dan Alat
Bahan
Ø Benih
mentimun
Ø Pupuk
kandang
Ø Pupuk
NPK
Ø Decis
Ø Polybag
Alat
Ø Cangkul
Ø Garu
Ø Kayu
lanjaran
Ø Handsprayer
Ø Kamera
Ø Alat
tulis
C. Pelaksanaan Praktikum
1. Persiapan
Lahan
Lahan
tempat praktikum terlebih dahulu dibarsihkan dari tumbuhan penggangu (gulma)
dan sisa-sisa tanaman. Selanjutnya dilakukan pengolahan tanah dengan
membalikkan top soil tanah sedalam 25 cm untuk mendapatkan tanah yang gembur.
Selanjutnya dilakukan pemberian pupuk kandang untuk memperbaiki struktur dan
tekstur tanah serta mengaktifkan mikroorganisme tanah.
2. Persemaian
Sebelum
benih ditanam sebaiknya dilakukan persemaian terlebih dahulu. Media persemaian
yang digunakan berupa campuran antara tanah dengan pupuk kandang dan sebagai
tempat media digunakan polybag kecil. Setelah tanaman berumur 2 minggu siap
untuk ditanam di lapangan.
3. Penanaman
Penanaman
benih dapat dilakukan jika bibit telah berumur 10-14 hari atau setelah bibit
memiliki dua daun. Pada saat pemindahan bibit sebaiknya dilakukan dengan
hati-hati untuk menghindari kerusakan pada bibit. Bibit ditanam pada lubang
tanam yang telah dipersiapkan terlebih dahulu dengan jarak tanam 30 x 60 cm.
4. Pemeliharaan
Tanaman
v Pemupukan
Pemupukan
pertama dilakukan pada saat tanam dengan menggunakan pupuk NPK dengan dosis ± 7
gr per tanaman. Pemupukan kedua dilakukan 2 minggu setelah tanam dengan dosis
10 g per tanaman. Pemupukan dilakukan dengan cara membuat lingkaran sekitar 10
cm dari pokok tanaman.
v
Penyiraman
Penyiraman
dilakukan dengan menggunakan gembor. Penyiraman dilakukan setiap hari
disesuaikan dengan kondisi di lapangan.
v Pemberian
Lanjaran
Tanaman
mentimun merupakan tanaman bersifat menjalar, maka untuk membantu
pertumbuhannya dapat diberikan lanjaran sepanjang 2 meter, fungsinya untuk
merambatkan tanaman sehingga mempermudah pemeliharaan dan juga sebagai tempat
penompang letak buah. Pemasangan lanjaran dilakukan pada saat tanaman berumur 1
minggu setelah tanam.
v Penyiangan
Penyiangan
dilakukan dengan tujuan untuk mengatasi agar gulma yang tumbuh tidak mengganggu
pertumbuhan tanaman. Penyiangan dapat dilakukan secara manual yaitu dengan
mencabut gulma yang berada disekitar areal pertanaman dan disesuaikan dengan
kondisi lapangan.
5. Panen
Panen
pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 25 hari setelah tanam. Criteria
buah yang dapat di panen adalah buah telah mencapai ukuran maksimal dan masih
terlihat duri-duri halus yang menempel pada buah. Panen buah mentimun dilakukan
dengan cara memotong tangkai buah menggunakan pisau agar tidak merusak tanaman.
Panen dapat diakukan sampai 3 kali dengan interval 3 hari sekali.
D. Parameter Pengamatan
1. Umur
Berbunga (hari setelah tanam)
Umur berbunga dapat dihitung setelah
munculnya bunga mencapai 50 % dari total populasi.
2. Umur
Panen (hari setelah tanam)
Umur panen dapat dihitung mulai dari
saat tanam sampai dilakukan panen pertama.
3. Jumlah
Buah / Tanaman (buah)
Pengamatan jumlah buah dilakukan
dengan menghitung banyaknya buah setiap kali panen dan dijumlahkan sampai panen
ketiga dari masing-masing tanaman.
4. Berat
Buah (g)
Penimbangan berat buah dilakukan
dengan cara menimbang buah yang dipanen pertama sampai panen ketiga dari
masing-masing tanaman dengan menggunakan timbangan.
1. Umur Berbunga
Tabel pengamatan terhadap umur
berbunga tanaman mentimun dapat di lihat pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil
pengamatan Umur Berbunga (HST)
Sampel
|
Umur
Berbunga (HST)
|
A
|
21
HST
|
B
|
23
HST
|
C
|
21
HST
|
D
|
21
HST
|
Rerata
Umur Berbunga
|
21,5
|
Dari tabel diatas dapat dilihat
bahwa rerata umur berbunga tanaman mentimun adalah 21,5.
Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pembungaan antara lain kekeringan yang tinggi, pertumbuhan
vegetatif yang lebih dominan , kurangnya pemeliharaan.
Umur berbunga tanaman mentimun
dipengaruhi oleh faktor genetis dan faktor lingkungan. Faktor intensitas cahaya
matahari sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan bunga. Hal inni sesuai
dengan pernyataan Wilkins (1997) bahwa cahaya dapat meningkatkan pengangkutan
unsur hara dengan memasok produk-produk dari fotosintesis yang dapat merangsang
pembentukan bunga, penyinaran juga dapat menyebabkan membuka dan menutupnya
bunga.
Suhu yang tinggi dapat menyebabkan
dampak negatif terhadap tanaman mentimun, hal ini sesuai dengan pernyataan
Lakitan (1995) bahwa intensitas cahaya berpengaruh langsung terhadap laju
sintesis karbohidrat pada tumbuhan, laju fotosintesis akan meningkat dengan
menurunnya intensitas cahaya sampai batas tertentu. Lebih lanjut Cahyono (2003)
menyatakan bahwa intensitas cahaya matahari yang tinggi pada tanaman mentimun
lebih dominan pembentukan bunga jantan.
Umur berbunga tanaman juga
dipengaruhi oleh factor pemupukan terutama pupuk yang mengandung unsure P
seperti NPK. Hal ini sesuai dengan pernyataan Zulfatri dan Yoesuf (2007) yang
menyatakan bahwa ketersediaan unsur P yang lebih besar akan membantu
mempercepat pembentukan bunga.
2. Umur Panen
Hasil pengamatan terhadap umur panen
tanaman mentimun dapat di lihat pada tabel 2.
Tabel 2. Hasil Pengamatan
Umur Panen
Sampel
|
Umur
Panen (HST)
|
A
|
32
HST
|
B
|
35
HST
|
C
|
36
HST
|
D
|
35
HST
|
Rerata
Umur Panen
|
34,5
|
Dari tabel diatas dapat dilihat
bahwa rerata umur panen tanaman mentimun adalah 34,5.
Umur panen tanaman mentimun
dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan unsur hara, pupuk organik akan terurai
sempurna apabila ada jarak waktu pemberian dan penanaman, sehingga unsur hara
menjadi tersedia bagi tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Novizan (2005)
bahwa pupuk organik akan terurai sempurna 1-2 bulan sehingga menjadi tersedia
bagi tanaman.
Umur panen juga sangat dipengaruhi
oleh faktor iklim terutama curah hujan. Curah hujan yang tinggi akan
memperlambat proses pematangan buah.
3.
Jumlah
Buah Per Tanaman
Hasil pengamatan terhadap jumlah
buah per tanaman pada tanaman mentimun dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel
3. Pengamatan Jumlah Buah Per Tanaman
Sampel
|
Jumlah
Buah
|
A
|
4
|
B
|
4
|
C
|
6
|
D
|
3
|
Rerata
Jumlah Buah
|
4,25
|
Dari tabel diatas dapat di lihat
bahwa rerata jumlah buah pertanaman mentimun adalah 4,25.
Perlakuan pemupukan dengan NPK
sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman termasuk dalam menghasilkan
cabang-cabang yang produktif untuk menghasilkan buah. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Lingga dan Marsono (2004) yang menyatakan bahwa peranan utama dari
nitrogen adalah untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan bagian tanaman
khususnya batang, cabang dan daun tanaman. Keberadaan unsur P sangat
berpengaruh terhadap pembentukan buah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Jumin
(1986) yang menyatakan bahwa unsur P dapat bermanfaat untuk pembentukan sel-sel
baru, pembentukan bunga dan buah, mengurangi kerontokan bunga dan buah dan
meningkatkan ketahanan terhadap penyakit.
Rendahnya produksi dari tanaman
mentimun dikarenakan cahaya matahari yang tinggi sehingga bunga yang dihasilkan
lebih banyak bunga jantan dibanding bunga betina. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Cahyono (2003) yang mengatakan bahwa intensitas cahaya matahari yang
tinggi pada tanaman mentimun lebih dominan pembentukan bunga jantan.
4. Berat Buah Per Sampel (g)
Hasil pengamatan terhadap berat buah
per sampel (g) tanaman mentimun dapat di lihat pada tabel 4.
Tabel 4.
Pengamatan Berat Buah Per Sampel (g)
Sampel
|
Berat
Buah Sampel (g)
|
A
|
198
|
B
|
240
|
C
|
214
|
D
|
208
|
Rerata
Berat Buah Per Sampel
|
215
|
Dari tabel di atas dapat di lihat
bahwa rerata berat buah tanaman mentimun adalah 215 g.
Berat buah tanaman mentimun sangat
dipengaruhi oleh ketersediaan hara tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Rismunandar (1981) mengatakan bahwa tanaman akan tumbuh baik dan menghasilkan
produksi tinggi apabila tersedia cukup makanan. Pemupukan merupakan salah satu
cara untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman.
Pemupukan dengan NPK mempengaruhi
produksi tanaman terutana karena keberadaan unsur fosfat karena dapat
merangsang pembungaan dan menghasilkan buah yang berkualitas dan berukuran
maksimal. Menurut Lingga (2007) menyatakan bahwa unsur fosfor bagi tanaman
berguna untuk merangsang pembentukan bunga dan buah yang baik
A.
Kesimpulan
Dari hasil praktikum ini dapat disimpulkan bahwa:
1.
Penggunaan pupuk kandang sangat penting
dalam budidaya mentimun karena dapat memperbaiki struktur dan tekstur tanah,
aerase tanah, serta dapat meng-aktifkan mikroorganisme tanah.
2. Penggunaan
pupuk NPK juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
mentimun dimana unsur N akan membantu pertumbuhan vegetatif tanaman sedangkan
unsur P akan membantu dalam pembentukan bunga dan buah (generatif) tanaman.
Keseimbangan penggunaan pupuk juga sangat mempengaruhi proses pertumbuhan
vegetatif dan generatif tanaman mentimun.
3.
Faktor lain yang tidak kalah penting
dalam budidaya mentimun adalah pemeliharaan seperti penyiraman, penyiangan,
pemangkasan cabang-cabang yang kurang produktif serta pengendalian hama dan
penyakit secara terpadu.
B.
Saran
Dari hasil
praktikum ini disarankan penggunaan bahan organik seperti pupuk kandang guna
memperbaiki struktur dan tekstur tanah.
Disarankan juga penggunaan pupuk
yang tepat agar adanya keseimbangan antara pertumbuhan vegetatif dan generatif.
Rukmana, R. 1994. Budidaya Mentimun. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Soenaryono,
H. 1989. Kunci Bercocok Tanam
Sayur-sayuran Penting di
Indonesia. Sinar
Baru. Bandung.
Soewito, D. S. 1990. Memanfaatkan Lahan Bercocok Tanam Mentimun. CV
Titik Terang. Jakarta.
Dwijoseputro, D. 1985. Pengantar Fisiologi Tumbuhan.
Gramedia. Jakarta.
Harjowigeno, 1987. Ilmu Tanah. PT Milton Putra. Jakarta.
Kerta Saputra dan M.
suteja. 1988. Pupuk dan Cara Pemupukan.
Reneka Cipta.
Jakarta.
Lingga,
B. 1992. Petunjuk Penggunaan Pupuk.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Sumpena,
U. 2001. Budidaya Mentimun. Penebar Swadaya. Jakarta. Hlm 1 dan 19.
Harjadi,
S, 1996. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia. Jakarta.
Lingga,
P, 2001. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Novizan,
2002. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Lampiran 1. Jadwal
Kegiatan Praktikum
Jenis Kegiatan
|
Bulan
|
||||||||||||||||
September
|
Oktober
|
November
|
Desember
|
||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
Persiapan dan pengolahan lahan
|
X
|
||||||||||||||||
Persemaian
|
X
|
X
|
|||||||||||||||
Penanaman
|
X
|
||||||||||||||||
Pemupukan I
|
X
|
||||||||||||||||
Pemupukan II
|
X
|
||||||||||||||||
Pemeliharaan
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
||||||||||||
Pengamatan
|
X
|
X
|
X
|
||||||||||||||
Panen
|
X
|
X
|
X
|
||||||||||||||
Pembuatan Laporan
|
X
|
X
|
X
|
X
|
Lampiran 2. Deskripsi Tanaman
Hasil rata-rata : 3,5-5,0
kg/pohon
Warna batang : Hijau
Warna bunga : Kuning
Umur berbunga : 21 hari
Masa panen : 28-35 hari
Panjang buah : 18-20 cm
Diameter buah : 4-5 cm
Berat buah : 350-400 g/buah
Ketahanan penyakit : Tahan terhadap penyakit
downy mildew
Keterangan : Umur genjah, sangat produktif,
dan cocok di segala musim
Sumber : PT. East West Seed
Indonesia